Study

Persyaratan Umum Beasiswa Luar Negeri

Photo by Vasily Koloda on Unsplash

Pada tulisan ini akan dipaparkan beberapa hal yang secara umum menjadi persyaratan pada penyedia beasiswa baik pada jenjang master ataupun doctoral. Persyaratan ini sangat penting bagi setiap pencari beasiswa untuk kepentingan perencanaan, baik yang masih berstatus mahasiswa akhir pada program S1/S2 ataupun yang sudah lulus.

1. Ijazah S1/S2

Dokumen ini merupakan persyaratan utama yang akan menjadi rujukan bagi pemberi beasiswa. Di antara poin yang akan dilihat dari dokumen ijazah adalah validitas dan kualitas pemilik ijazah tersebut. Maksud dari validitas adalah status ijazah dapat dicek validitas dan legalitasnya. Pada saat ini pengecekan ijazah dapat dilakukan secara online pada link https://ijazah.kemdikbud.go.id/ dan pada Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PDDikti) https://pddikti.kemdikbud.go.id/.

Maka sangat krusial bagi para mahasiswa dan alumni perguruan tinggi untuk memastikan nama dan ijazahnya terdaftar pada kedua sistem informasi di atas. Apabila masih terdapat kendala mohon segera melapor dan mengurus kepada bagian akademik terkait pada perguruan tingginya sampai tuntas.

Adapun dari segi kualitas, proses seleksi akan berdasarkan pada predikat nilai ataupun indeks prestasi yang tertera pada ijazah dan transkrip nilai. Pada umumnya, penyedia beasiswa mensyaratkan minimal IPK 3.25 untuk beasiswa luar negeri. Mohon dapat mengecek lebih jelas pada beasiswa yang dituju.

Bagi calon pencari beasiswa yang pada saat ini masih berstatus mahasiswa, masih ada kesempatan untuk memperbaiki ataupun meningkatkan nilai tersebut secara lebih maksimal. Adapun bagi yang nilainya pas-pasan, dan sudah lulus, dapat menutupi kekurangan tersebut dengan memaksimalkan pada persyaratan lainnya, seperti skor IELTS/TOEFL, dsb.

2. Sertifikat tes Bahasa

Secara umum sertifikat tes Bahasa yang diterima oleh universitas di dunia adalah IELTS dan TOEFL. Sertifikat ini tentunya bagi perguruan tinggi yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai pengantar perkuliahan. Jika negara tujuan pendidikan berbahasa selain Inggris, seperti Jepang, Korea, Cina dan negara-negara Timur Tengah, maka skor dan sertifikat bahasanya menyesuaikan dengan persyaratan yang ditentukan.

Adapun minimal skor yang perlu dipersiapkan bagi program master dan doctoral adalah minimal 6.5 (IELTS) tanpa nilai kurang dari 6.0 pada masing-masing elemen, sedangkan dengan standar TOEFL iBT minimal skor 110. Sekali lagi untuk persyaratan lebih khusus dapat dilihat pada penyedia beasiswa yang dituju.

3. Tes GRE dan/atau GMAT

Graduate Record Examination (GRE) adalah tes untuk mengukur kemampuan berpikir yang berhubungan dengan logika penulisan, matematika dan penguasaan kosakata dalam Bahasa Inggris. Jenis tes ini biasanya menjadi persyaratan pada universitas di Amerika, Kanada dan sebagian negara di Eropa. Info terkait tes GRE dapat dilihat pada link berikut https://www.ets.org/gre.

Graduat Management Admission Test (GMAT) adalah tes yang digunakan dalam proses seleksi atau penerimaan program studi manajemen dan bisnis atau busniness school, termasuk program MBA. Tes ini didesain sebagai standar untuk mengetahui potensi akademik calon mahasiswa secara umum pada universitas di Amerika.

Adapun perbedaan antara GRE dan GMAT, GMAT lebih khusus digunakan sebagai tes seleksi pada sekolah bisnis dan manajemen, sedangkan tes GRE digunakan lebih umum dan hampir untuk seluruh program studi.

4. Surat Rekomendasi

Surat rekomendasi pada umumnya diprasyaratkan berasal dari dua pihak. Secara umum pihak yang memberikan rekomendasi adalah seseorang yang paling mengetahui kompetensi pelamar beasiswa. Maka, pemberi beasiswa biasanya berasalah dari dosen pembimbing skripsi S1 atau tesis S2. Selain itu, dapat pula dikombinasikan dengan atasan langsung pada instasi tempat kerja, jika pelamar beasiswa telah bekerja pada suatu instansi atau perusahaan tertentu.

Pemberi rekomendasi dari dosen pembimbing akan menitikberatkan pada penjelasan tentang kemampuan akademik, sedangkan pemberi rekomendasi dari atasan di tempat kerja menjelaskan kemampuan manajemen dan komunikasi seorang pelamar beasiswa tersebut.

5. Curriculum Vitae (CV)

Dokumen CV merupakan dokumen penting penunjang prestasi di luar akademik. Beberapa prestasi dan pencapaian dapat dimasukkan dalam CV sebagai dasar penguatan calon penerima beasiswa, seperti pengalaman organisasi, pengabdian masyarakat, prestasi dan delegasi, serta publikasi.

Meskipun berfungsi sebagai pendukung, CV juga perlu disusun secara singkat dan padat. Singkat penjelasannya yang ‘to the point’, tidak lebih dari dua halaman, sedangkan padat artinya berisikan informasi yang penting dan relevan saja. Berdasarkan pengalaman para penerima beasiswa, CV didesain dengan format netral dan tidak berlebihan, cukup fokuskan pada kualitas isi.

6. Personal Statement

Beberapa penyedia beasiswa membedakan antara personal statement dan motivation letter. Namun, pada umumnya keduanya digabung menjadi satu kesatuan dalam tulisan personal statement (PS). Dalam PS, seorang pencari beasiswa perlu memasukkan poin-poin kunci seperti alasan memilih studi S2/S3, penjelasan terkait skill yang dimiliki, sebagai contoh kemampuan berkomunikasi, manajemen dan rencana pengembangan setelah lulus program S1/S2 beasiswa.

Perlu menjadi perhatian konsistensi antara PS dan CV, artinya apa yang ditulis dalam PS harusnya sinkron dengan informasi pada CV. Sebagai contoh, dalam PS dijelaskan kemampuan manajerial yang diperoleh dari pengalaman organisasi sebagai ketua pada periode tertentu, maka pada CV informasi ini harus tersedia dan sinkron.

Selain itu, PS juga perlu dibackup atau saling mem-backup dengan surat rekomendasi yang dibuat. Maksudnya, jika pada PS disebutkan riwayat akademik khususnya dalam penulisan skripsi/tesis, maka nama pembimbing yang memberikan surat rekomendasi sebaiknya juga tertulis pada PS, begitu pula sebaliknya.

Demikianlah enam persyaratan umum dalam mencari beasiswa. Semoga bermanfaat dan sukses terus bagi para pejuang ilmu. Wallahu’alam.

Spring 2021