Study

Tujuh Jurus Memulai Studi di Luar Negeri

Banyak orang yang bercita-cita untuk dapat kuliah ke luar negeri apalagi dengan beasiswa. Tulisan ini akan memaparkan beberapa langkah untuk dapat kuliah di luar negeri khususnya melalui mekanisme sponsorship atau beasiswa.

1. Tentukan Negara Tujuan

Menentukan negara tujuan bisa jadi tahapan yang sangat subjektif. Artinya, tempat tujuan studi tentunya akan sangat berkaitan dengan keinginan dan mimpi seseorang. Hal ini sangat penting karena dapat menjadi bahan bakar penyemangat dalam melalui tahapan-tahapan berikutnya. Misalkan, seseorang sangat berkeinginan untuk studi di negara Eropa karena untuk merasakan suasana musim dingin dengan saljunya, atau ingin studi di negara Mesir karena ingin melihat Piramida dan sungai Nil. Ada juga motivasi karena ingin belajar bahasa negara tertentu, misalkan seseorang sangat menyukai bahasa China, Belanda, Jepang atau lainnya, maka dia akan sangat terobsesi untuk melanjutkan studi di negara tersebut. Oleh karena itu, akan lebih berarti apabila negara tujuan untuk studi merupakan negara yang sekaligus memiliki faktor non-akademis agar menjadi motivasi bagi setiap individu.

Selain faktor non-akademis di atas, terdapat pula faktor lainnya yang dapat dijadikan pertimbangan. Seperti faktor kajian keilmuan, metodologi dan teknologi. Untuk kajian keilmuan, akan lebih bijak bagi mahasiswa S-1 untuk memilih negara timur tengah untuk bidang kajian keislaman, karena ketersediaan sumber ilmu dan referensi yang memadai. Adapun untuk ilmu pengetahuan kontemporer dapat mempertimbangkan negara-negara Barat seperti Inggris, Amerika dan beberapa negara Eropa. Sedangkan untuk teknologi tentunya German, Jepang, dan Korea Selatan akan menjadi pilihan.

2. Pilih Universitas Tujuan

Tahapan selanjutnya adalah memilih universitas tujuan. Dalam memilih universitas, paling tidak ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu pengakuan pemerintah Indonesia dan ketersediaan bidang kajian pada universitas tujuan. Pertama, perlu dicek nama universitas tujuan dalam daftar persamaan ijazah luar negeri di kementerian ristekdikti (link: https://ijazahln.ristekdikti.go.id/ijazahln/pencarian/pencarian-pt.html). Hal ini penting dilakukan untuk menjamin agar ijazah yang kita peroleh dari universitas di luar negeri dapat diakui dan digunakan untuk keperluan persyaratan administrasi setelah kembali ke tanah air. Kedua, ketersediaan bidang kajian yang ditawarkan. Proses ini dapat diketahui dengan menelusuri informasi yang disediakan pada website universitas. Selain itu, untuk melihat kualitas bidang kajian dapat juga dilihat berdasarkan ranking universitas pada bidang tertentu atau dengan melihat keberadaan pakar pada bidang tertentu. Sebagai contoh, saat ini salah satu pakar ekonomi Islam level dunia Prof. Monzer Kahf mengajar dan berkantor di Istanbul Sabahattin Zaim University Turkey, hal ini tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para mahasiswa yang ingin belajar langsung dari pakar seperti beliau. Sebagai informasi, Prof. Monzer akan berkunjung ke Universitas Darussalam Gontor pada tanggal 3-4 Desember 2019 yang juga akan memberi kuliah umum di kampus putri Mantingan.

3. Inventarisir Beasiswa yang Sesuai

Tahap ketiga yaitu mengumpulkan informasi beasiswa yang sejalan dan sesuai dengan tujuan kita. Artinya, pelajari kemungkinan beasiswa yang tersedia apabila kita menentukan negara dan universitas pilihan. Dari berbagai jenis beasiswa dapat digolongkan menjadi dua jenis beasiswa berdasarkan negara tujuan, yaitu beasiswa pemerintah/lembaga luar negeri dan beasiswa pemerintah/lembaga dari Indonesia. Ambil contoh Monbukagakusho adalah beasiswa yang disediakan pemerintah Jepang, yang artinya diperuntukkan bagi yang berminat kuliah di negara tersebut. Artinya, beasiswa ini tidak dapat digunakan untuk tujuan ke negara lain selain Jepang. Adapun beasiswa yang disediakan pemerintah Indonesia adalah beasiswa LPDP, beasiswa DIKTI, beasiswa Unggulan Kemendikbud, beasiswa Kementerian Keuangan, dan beasiswa 5000 Doktor Kemenag. Untuk jenis beasiswa ini, secara umum negara tujuannya bebas berdasarkan pilihan para pendaftar. Namun, para penyedia beasiswa akan meminta paling tidak nama universitas dan negara tujuan termasuk dalam daftar persamaan ijazah di Kemenristekdikti. Setelah melakukan survei lembaga penyedia beasiswa lalu evaluasi kriteria yang diminta oleh beasiswa tersebut dengan keadaan dan kondisi anda saat ini. Misalkan, jika anda seorang dosen, maka beasiswa yang sesuai adalah beasiswa DIKTI atau beasiswa 5000 Doktor Kemenag. Andaikan anda adalah lulusan fresh-graduate maka beasiswa LPDP menjadi salah satu pilihan. Kesimpulannya, pada tahap ini penting untuk menguasai persyaratan dan kriteria penyedia beasiswa dan ukurlah dengan keadaan kita saat ini mana yang paling sesuai atau yang secara realistis dapat dipenuhi.

4. Pelajari Persyaratan Penting

Hal yang detail dan penting selanjutnya adalah mencatat persyaratan penting baik dari penyedia beasiswa maupun dari perguruan tinggi tujuan. Persyaratan penting di antaranya adalah usia, asal daerah, nilai IPK dan skor TOEFL/IELTS. Untuk usia, beberapa beasiswa ada yang menetapkan batasan usia antara 35-40 tahun. Adapun asal daerah, terdapat juga prioritas dari lembaga penyedia beasiswa bagi pelajar yang berasal dari kawasan tertentu seperti kawasan Indonesia Timur atau luar pulau Jawa. Selanjutnya, nilai IPK yang umumnya dijadikan patokan adalah minimal 3.25, semakin tinggi nilainya peluang dan kesempatan akan semakin terbuka luas. Selain itu, yang tidak kalah penting yaitu skor kemampuan bahasa asing, sebagai contoh TOEFL atau IELTS. Dari keempat contoh persyaratan penting di atas, usia, asal daerah dan nilai IPK merupakan persyaratan yang tidak dapat diubah lagi dengan kondisi kita, adapun syarat nilai kemampuan bahasa merupakan syarat yang masih dapat kita ubah atau diperbaiki. Kecuali, bagi para pembaca yang saat ini masih berstatus mahasiswa S1/S2, masih ada kesempatan untuk memperbaiki atau mendapatkan IPK yang terbaik. Dengan mempelajari persyaratan penting dari masing-masing beasiswa, tentunya akan memudahkan kita untuk menyeleksi beasiswa mana saja yang paling sesuai atau mendekati kondisi kita saat ini. Sehingga, kita dapat menentukan strategi dan rencana berikutnya dengan lebih fokus dan terarah.

5. Buat Target Pencapaian;

Dari hasil mempelajari persyaratan penting di atas, tentunya akan didapatkan beberapa hal yang perlu diselesaikan atau dicapai sebelum mendaftar. Misalkan, dibutuhkan skor IELTS minimal 6.5, maka perlu dirancang target mulai dari persiapan, pendaftaran dan waktu tes. Maka, untuk persiapan bisa sekitar 2-3 bulan kemudian langsung diikuti dengan tes. Akan lebih baik mendaftar tes untuk 3 bulan kedepan. Sehingga persiapan yang dilakukan benar-benar serius dan fokus. Dalam menentukan target, sangat penting untuk melihat batas akhir atau deadline dari waktu pendaftaran beasiswa. Untuk jarak aman, usahakan H-7 sebelum deadline sudah menyelesaikan pendaftaran (submit). Hal ini sangat krusial, karena pada waktu menjelang batas pendaftaran berakhir akan ada banyak aplikasi yang masuk secara online sehingga menyebabkan kemungkinan website menjadi down/error. Oleh karena itu, pendaftaran dilakukan jauh-jauh hari sebelum deadline adalah pilihan yang sangat strategis dan sangat bijak.

6. Mentoring

Setelah mendapatkan informasi yang cukup dan beberapa dokumen penting sudah siap, tahap penting selanjutnya adalah mentoring. Mentoring ini dapat berupa konsultasi dan diskusi serta sampai dengan koreksi atau memberi masukan terhadap dokumen yang telah dipersiapkan. Sebagai contoh, motivation letter, akan lebih pas jika direview terlebih dahulu sebelum di-submit. Reviewer, jika memungkinkan, adalah lulusan luar negeri, atau program beasiswa tertentu. Hal ini sangat penting, karena biasanya pola dan logika penulisan serta fokus setiap beasiswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Selain itu, mentor juga dapat memberikan masukkan bahasa yang pas dan lebih sesuai dengan konteks beasiswa dan universitas tujuan. Koreksi bahasa juga sangat krusial untuk menunjukkan kompetensi calon mahasiswa atau penerima beasiswa. Contoh lainnya adalah reviewer proposal, jika program Master of Philosophy dan Doctor of Philosophy. Untuk program ini, sebisa mungkin mentor berasal atau memiliki latarbelakang keilmuan yang sesuai dengan topic prosposal penelitian. Mentor juga dapat memberikan gambaran dan masukan terkait suasana non-akademis di negara tujuan. Oleh karena itu, diskusi dan mengambil pelajaran dari pengalaman orang lain merupakan langkah yang sangat bijak untuk diambil.

7. Mohon Doa dan Restu Orang Tua;

Doa dan restu orang tua merupakan faktor terpenting dalam segala proses di atas. Karena pada akhirnya kita tidak benar-benar tahu negara atau universitas mana yang paling sesuai dengan kondisi kita. Bisa jadi negara/universitas/beasiswa yang kita kira baik ternyata itu semua buruk dan tidak cocok bagi kita dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, berdoalah dan minta doalah sebanyak-banyaknya dari semua orang terutama orang tua, kyai, guru, dosen dan orang yang kita tuakan. Ada ungkapan bagi orang yang kuliah di luar negeri, yaitu ada dua kriteria orang bisa kuliah di luar negeri, pertama karena dia/orang tuanya sangat kaya raya dan yang kedua adalah karena dia sangat pintar sehingga lulus seleksi beasiswa. Izinkan saya menambahkan satu kriteria lagi yaitu orang yang beruntung ditakdirkan kuliah di luar negeri, meskipun tidak “sangat kaya” dan “sangat pintar”, karena Allah Maha Kaya dan Maha Mengetahui mana yang terbaik bagi hamba-Nya. wallahu’alam.

Selamat mencoba dan berjuang.

3 Comments