Opinion

Episode Covid-19: Stop ‘merana’ karena Corona

Suasana awal musim semi, London, United Kingdom, 2020

Sudah 19 hari London di-lockdown, namun cuaca semakin cerah, masuk musim semi, membuat hati semakin bergairah untuk keluar rumah, yang dirasa semakin gerah. Umumnya orang di sini sudah gatal untuk tidur berjemur, sampai rumputpun menjadi kasur.

Suasana seperti ini, mesti semakin jaga pandangan, karena yang sebelumnya (saat winter), semua yang tampak tertutup akan menjadi lebih sedikit yang tertutup. Ini nasihat teman di Aussie, yang sudah lebih dulu mengalami.

Bak musim yang silih berganti, tahapan merespon corona-pun harus tetap dilewati.

Kemarin, pertama kali yang kita lalui adalah fase menjaga aqidah agar tidak goyah. Maksudnya, memperkuat pondasi cara-pandangan (worldview) dan sikap kita sebagai Mukmin terhadap pandemi ini. Ini penting dipikir, karena akan menentukan hasil akhir, nantinya. (baca: ‘menarik panik’).

Tahap selanjutnya adalah menekan jumlah korban. Cara dan strateginya, kita sudah hampir khatam, karena santapan siang-malam, sumbernya pun banyak dan mudah bisa langsung tanya ‘mas google’. Praktisnya, ikuti saran dan arahan dari pakar, dan otoritas setempat. (simak: penjelas pakar)

Bila kebijakan pihak berwenang kurang membuat tenang, ambil langkah protektif untuk diri, keluarga dan komunitas secara mandiri.

Setelah mampu menjaga keselamatan diri, kita dalami dampak ekonomi. Bukankah dapur keluarga, kolega, dan tetangga, harus tetap terjaga. Meskipun sebagian tetap dapat bekerja dari rumah, ada sebagian lagi yang rezekinya ada di luar rumah, dan ini jumlahnya tidak sedikit.

Meskipun pemerintah UK mensubsidi 80% gaji, termasuk wiraswasta/pekerja mandiri (self-employed) dari keuntungannya per bulan. Kita tidak perlu berharap terlalu tinggi kepada pemerintah Indonesia. Berharap boleh saja, tapi sewajarnya, atau siap kecewa akhirnya.

Maksudnya, kita harus tetap berdikari, mandiri berdiri di atas kaki sendiri, baik sebagai individu, keluarga maupun sebagai masyarakat.

Di saat lockdown, di Inggris, toko dan tempat usaha banyak yang tutup, akan tetapi ada 70.000 lowongan pekerjaan baru yang dibutuhkan. Hal ini mempertegas bahwa setiap kesusahan ada kemudahan (peluang). (lihat: QS. 94: 5-6).

every cloud has a silver lining

Fakta lainnya, meski bandara Heathrow London sepi, penerbangan penumpang komersial turun 75%, namun terjadi peningkatan 200% lebih pada jenis pengiriman kargo. Artinya, maskapai masih punya peluang, hanya jenis yang diangkut berubah dari orang menjadi barang.

Setiap keluarga dan masyarakat memiliki tantangan berbeda. Namun, dari internal merekalah pemikiran dan solusi yang tepat akan didapat. Tinggal sinergi dan eksekusi yang perlu dipercepat. Wallahu A’lam.

Bersambung

London, Spring 2020

2 Comments

  • Wildan Ainun

    Assalamualaikum ustadz, bagaimana kabar ustadz? hehehe, buat channel youtube ustadz, vlog menjelaskan bagaimana keadaan di UK

    • Royyan Ramdhani Djayusman

      Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Alhamdulillah baik, Wildan. Wah mantab itu usulannya, syukran ya…