Study

Mengenal Berbagai Model PhD

picture: plainandsimplepress.com

Sebagian besar para penuntut ilmu memiliki target belajar sampai kepada jenjang doktoral, meskipun harus jauh dari tanah kelahiran. Untuk dapat mencapai cita-cita tersebut, dapat dimulai dengan mengetahui berbagai model penyelenggaraan program PhD ini yang umum terdapat di universitas di berbagai belahan dunia. Tulisan ini akan memaparkan tiga model PhD yang saat ini banyak ditawarkan.

Model pertama adalah tipe klasik atau dalam buku ‘Authoring A PhD’ karya Patrick Dunleavy sebagai classical PhD. Model ini banyak diadopsi sebagian besar universitas di Britania Raya dan Eropa. Metode pembejaran yang digunakan adalah riset murni, artinya mahasiswa langsung melakukan penelitian dengan bimbingan pakar/professor dalam bidang yang diteliti. Mahasiswa akan langsung mendapatkan arahan dan transfer ilmu dan keterampilan dalam memahami dan bagaimana menjadi pakar dalam suatu bidang yang ditekuni. Kelebihan model ini adalah mahasiswa akan mendapatkan bimbingan khusus bahkan terkadang sangat personal dari pembimbingnya. Bahkan seorang Professor diberikan wewenang untuk menyeleksi dan menerima mahasiswanya secara independent dan pihak universitas akan mengikuti kebijakan beliau. Selain itu, pembimbing akan menganggap bahwa mahasiswa bimbingannya adalah calon penerus dirinya pada masa yang akan datang, khususnya dalam bidang keilmuan yang didalami. Sehingga perhatian professor akan lebih intesif dan optimal. Namun, model ini juga memiliki kekurangan, di antaranya adalah ketergantungan kepada seorang pembimbing atau professor yang sangat dominan, sehingga apabila seorang profesor terpaksa tidak dapat meneruskan bimbingannya, maka proses studi mahasiswanya akan sangat terganggu karena hanya bergantung pada keahlian dan minat satu orang pakar saja. Meskipun demikian, jika kasus ini terjadi, pihak universitas akan bertanggungjawab untuk mencari penggantinya walaupun membutuhkan waktu yang tidak singkat dan usaha yang tidak mudah.

Selanjutnya adalah model Taught PhD, yaitu seorang mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti kelas dan menyelesaikannya selama satu sampai dengan dua tahun yang kemudian diakhiri dengan ujian komprehensif. Apabila telah dinyatakan lulus, maka mahasiswa tersebut baru dapat memulai dissertasi atau penelitiannya. Model ini diaplikasikan pada mayoritas universitas di Amerika dan sebagian universitas di Inggris dan Eropa. Keunggulan model ini adalah penguasaan cabang keilmuan induk dari bidang yang dikaji akan lebih luas dan mendalam. Namun, kekurangan dari metode ini adalah waktu tempuh yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program PhD akan sangat lama, biasanya dapat diselelesaikan antara lima sampai dengan 7 tahun. Selain itu, kewajiban menyelesaikan materi sekitar 30 sks dinilai terlalu memberatkan dan membebani mahasiswa mempelajari sesuatu yang tidak secara langsung berhubungan dengan kajian riset dalam dissertasi.

Model yang terakhir adalah model pertengahan atau integrasi dari kedua model di atas, yaitu dengan menentukan pembimbingan untuk riset mahasiswa PhD kepada tim pembimbing. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan mahasiswa kepada seorang pakar atau pembimbing, sehingga apabila seorang pembimbing dengan terpaksa tidak dapat melanjutkan proses bimbingan, maka bimbingan dapat dilanjutkan oleh pembimbimbing lainnya yang telah menjadi bagian dari tim yang ditentukan sejak awal. Untuk memperkuat kompetensi seorang mahasiswa PhD, universitas yang mengadopsi pola integrasi ini menyediakan program-program workshop yang diperlukan untuk membentuk kompetensi lulusan PhD. Workshop ini dilakukan untuk dapat fokus kepada program yang langsung diperlukan oleh mahasiswa, dan dapat ditempuh dalam kurung waktu yang singkat dan tidak memerlukan waktu yang lama. Hal ini memberikan kejelasan terkait target waktu penyelesaian masa studi PhD yang lebih rasional antara 3-4 tahun. Oleh karena itu, model ini dinilai dapat memadukan keunggulan model pertama dan kedua di atas.

Kesimpulannya, pilihan model PhD tentunya akan mempengaruhi strategi kita mencari, mencapai dan menyelesaikan sebuah perjalanan PhD. Selain itu, dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap model, kita dapat menyesuaikan bahkan mengurangi aspek negatif dan memaksimalkan potensi positif dari setiap model yang telah dijalani. Semoga selalu diberikan kemudahan dan kesuksesan, amin.